Sabtu, 14 Desember 2024

pertemuan 15 : (isu-isu profesi guru)

 Isu-isu profesi guru

Isu Terkini Terkait Profesi Guru

Tenaga kependidikan adalah individu yang terlibat dalam proses belajar mengajar, termasuk guru, orang tua, dan pendidik lainnya, yang berfungsi untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Guru memiliki peran penting dan harus menunjukkan profesionalisme dalam menggambarkan sebagai pendidik, pembimbing, dan pelatih. Sikap profesional guru dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan membantu mendeteksi masalah moral siswa lebih awal.

Di daerah pedesaan, di mana akses terhadap teknologi dan komunikasi terbatas, guru perlu dilatih untuk mengembangkan keterampilan yang mendukung pendidikan yang lebih baik. Dengan profesionalisme, guru tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga membimbing dan mengarahkan siswa untuk mencapai potensi terbaik mereka. Kurangnya perhatian terhadap pembangunan pendidikan dalam beberapa tahun terakhir telah berdampak buruk pada kualitas pendidikan dan kehidupan berbangsa.

Isu-Isu Profesi Guru di Indonesia

1 Kesejahteraan Guru

Kesejahteraan guru mencakup lebih dari sekedar gaji bulanan, termasuk:

  • Gaji : Besaran gaji seringkali tidak merata, dengan disparitas antara guru di perkotaan dan pedesaan, serta antara PNS dan non-PNS.
  • Tunjangan : Tunjangan sertifikasi dan kinerja dapat meningkatkan pendapatan, namun penyalurannya belum merata.
  • Fasilitas Kesehatan : Akses ke layanan kesehatan yang berkualitas sangat penting, namun tidak semua guru mendapatkannya.
  • Jaminan Pensiun : Sistem pensiun guru perlu diperbaiki untuk menjamin kelayakan di masa tua.
  • Perlindungan Sosial : Aspek seperti asuransi dan jaminan kecelakaan kerja penting untuk memberikan rasa aman.

Kesenjangan Kesejahteraan

Adanya disparitas yang signifikan antara guru kesejahteraan di berbagai daerah, dengan guru di perkotaan umumnya memiliki akses lebih baik dibandingkan di pedesaan, disebabkan oleh perbedaan anggaran dan infrastruktur.

Dampak Rendahnya Kesejahteraan

Rendahnya kesejahteraan guru berdampak negatif pada:

  • Motivasi : Guru yang merasa tidak senang cenderung kurang termotivasi.
  • Kinerja : Kinerja guru yang rendah mempengaruhi kualitas pembelajaran.
  • Retensi : Banyak guru beralih profesi demi kesejahteraan yang lebih baik.

Upaya Mengatasi Masalah Kesejahteraan

Beberapa langkah yang perlu dilakukan meliputi:

  • Penyesuaian Gaji : Gaji harus disesuaikan dengan beban kerja dan tanggung jawab.
  • Peningkatan Tunjangan : Standarisasi dan peningkatan nilai tunjangan bagi semua guru.
  • Peningkatan Fasilitas : Penyediaan fasilitas yang memadai bagi guru.
  • Penguatan Sistem Pensiun : pengeditan sistem pensiun yang layak.
  • Peningkatan Perlindungan Sosial : Memberikan perlindungan sosial yang komprehensif bagi guru.

Profesionalisme Guru

Pengembangan profesionalisme guru mencakup beberapa aspek penting:

  1. Kompetensi Pedagogik : kemampuan dasar yang harus dimiliki guru, termasuk pemahaman karakteristik peserta didik dan prinsip pembelajaran. Ini memungkinkan guru mengembangkan kurikulum dan kegiatan pembelajaran yang mendukung pengaktualan potensi siswa.

  2. Konten Pengetahuan : Guru harus memiliki pemahaman mendalam tentang materi yang terbuka dan kemampuan menyampaikannya dengan jelas. Pengetahuan yang kuat memungkinkan guru menjelaskan konsep kompleks dan materi pendek dengan kehidupan nyata.

  3. Kemampuan Teknologi Pendidikan : Keterampilan dalam menggunakan alat dan platform teknologi untuk meningkatkan pembelajaran. Ini mencakup penggunaan perangkat lunak dan sumber daya digital untuk menciptakan lingkungan belajar yang interaktif.

  4. Keterampilan Sosial dan Emosional : kemampuan mengelola emosi dan berinteraksi efektif dengan orang lain. Guru yang memiliki keterampilan ini dapat menciptakan lingkungan kelas yang positif dan mendukung hubungan yang baik dengan siswa dan rekan kerja.

  5. Pembelajaran Berkelanjutan : Komitmen untuk terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sepanjang karir. Ini melibatkan mengikuti pelatihan, melakukan refleksi, dan berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk menjaga relevansi dalam pendidikan.

Beban Kerja Guru

Beban kerja guru meliputi tugas mengajar, tuntutan administratif, penilaian, dan keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler, yang seringkali berlebihan dan berdampak pada kesejahteraan serta kualitas pembelajaran.

Beban Kerja Guru

  1. Tugas Mengajar :

    • Persiapan Pembelajaran : Menyusun rencana, mencari bahan terbuka, dan membuat media.
    • Pelaksanaan Pembelajaran : Mengajar, memberikan tugas, dan berinteraksi dengan siswa.
    • Evaluasi Pembelajaran : Membuat soal, memeriksa tugas, dan memberikan umpan balik.
  2. Tugas Administratif :

    • Pengisian Data : Melengkapi laporan dan administrasi.
    • Koordinasi dengan Sekolah : mengikuti rapat dan kegiatan lainnya.
    • Komunikasi dengan Orang Tua : Berkomunikasi tentang perkembangan siswa.
  3. Penilaian :

    • Pembuatan Soal : Menyusun ujian dan tugas.
    • Pemeriksaan Soal : Memeriksa hasil pekerjaan siswa.
    • Pengolahan Nilai : Mengolah nilai dan memberikan rapor.
  4. Kegiatan Ekstrakurikuler :

    • Pembimbingan : Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.
    • Persiapan Lomba : Mempersiapkan siswa untuk lomba.

Dampak Beban Kerja yang Lebih Besar

  1. Kesehatan Fisik :

    • Kelelahan fisik
    • Gangguan tidur
    • Masalah kesehatan akibat stres
  2. Kesehatan Mental :

    • Stres dan tekanan mental yang tinggi

Dukungan Pemerintah dan Masyarakat terhadap Guru

Peran Pemerintah:

  1. Kebijakan : Pemerintah menetapkan kebijakan yang mendukung kesejahteraan dan profesionalisme guru, seperti izin profesi, sertifikasi, dan pelatihan berkelanjutan.

  2. Anggaran : Alokasi anggaran yang memadai untuk pendidikan sangat penting untuk meningkatkan sarana dan prasarana, memberikan gaji yang layak, dan membiayai program peningkatan kualitas guru.

  3. Infrastruktur : Pemerintah menyediakan infrastruktur pendidikan yang memadai, seperti gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan akses internet, untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif.

Peran Masyarakat:

  1. Apresiasi : Masyarakat dapat menghargai guru melalui ucapan terima kasih dan dukungan moral, yang meningkatkan motivasi dan semangat kerja guru.

  2. Dukungan : Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sekolah, seperti menjadi relawan atau memberikan bantuan materi, menciptakan lingkungan positif bagi guru dan siswa.

Kolaborasi

Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan guru sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan bekerja sama, mereka dapat menyelesaikan masalah pendidikan secara lebih efektif, membangun kepercayaan, dan menciptakan sinergi positif yang mendukung perkembangan pendidikan.

Teknologi dan Inovasi dalam Pembelajaran

Integrasi teknologi dalam pembelajaran telah mengubah lanskap pendidikan, memberikan akses ke sumber belajar yang kaya dan metode pembelajaran interaktif. Namun, tantangan dan peluang juga muncul.

Tantangan Penggunaan Teknologi

  1. Kesenjangan Digital : Akses teknologi yang tidak merata antara siswa dan guru.
  2. Kurangnya Infrastruktur : Jaringan internet yang lambat dan terbatasnya perangkat.
  3. Kompetensi Guru : Tidak semua guru memiliki keterampilan digital yang memadai.
  4. Biaya : Pengadaan perangkat dan pelatihan yang membutuhkan anggaran besar.

Peluang Penggunaan Teknologi

  1. Pembelajaran Menarik : Teknologi membuat pembelajaran lebih interaktif.
  2. Akses Informasi Luas : Siswa dapat mengakses berbagai sumber informasi.
  3. Pembelajaran Personal : Teknologi memungkinkan penyesuaian pembelajaran sesuai kebutuhan siswa.
  4. Kolaborasi Lebih Baik : Memfasilitasi kerja sama antara siswa, guru, dan orang tua.

Solusi untuk Meningkatkan Penggunaan Teknologi

  1. Infrastruktur : Meningkatkan infrastruktur teknologi di sekolah.
  2. Program Bantuan : Menyediakan perangkat dan akses internet untuk sekolah yang membutuhkannya.
  3. Pelatihan Guru : Mengadakan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi guru digital.
  4. Sumber Daya Terbuka : Memanfaatkan sumber belajar terbuka yang tersedia gratis.
  5. Kerja Sama dengan Industri : Menjalin kemitraan dengan industri teknologi untuk dukungan perangkat dan pelatihan.

    Kesimpulan

    Makalah ini membahas isu-isu terkini yang dihadapi guru di Indonesia. Guru kesejahteraan, termasuk disparitas gaji dan akses fasilitas kesehatan, perlu diperbaiki untuk meningkatkan motivasi dan kinerja. Pengembangan profesionalisme melalui pelatihan berkelanjutan dan peningkatan kompetensi sangat penting.

    Beban kerja yang berlebihan juga berdampak negatif pada kesehatan guru dan kualitas pembelajaran. Dukungan pemerintah dan masyarakat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif. Integrasi teknologi dalam pembelajaran dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa. Kerja sama semua pemangku kepentingan sangat penting untuk mencapai pendidikan berkualitas dan berdaya saing.

Jumat, 13 Desember 2024

pertemuan 14 (Manajemen pendidikan)

 Manajemen pendidikan 

Pengertian Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan adalah cabang ilmu sosial yang mempelajari perilaku manusia dalam konteks pendidikan, baik sebagai subjek maupun objek. Ini melibatkan interaksi antar manusia, iklim organisasi, dan sistem yang saling berhubungan dengan lingkungan eksternal. Meskipun terdapat perbedaan istilah antara administrasi pendidikan dan manajemen pendidikan, keduanya memiliki pengertian yang mirip.

Manajemen pendidikan meliputi pengelolaan sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut beberapa ahli, manajemen pendidikan adalah mobilisasi sumber daya, proses kerjasama, dan kegiatan yang memanfaatkan personel serta materi secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.

Tujuan Manajemen Pendidikan

Tujuan manajemen pendidikan adalah untuk menjamin bahwa semua proses pendidikan berjalan dengan efektif dan efisien, sehingga menghasilkan hasil yang optimal. Beberapa tujuan utama manajemen pendidikan meliputi:

  1. Meningkatkan Kualitas Pendidikan : Memberikan pengalaman belajar terbaik kepada siswa melalui kurikulum, metode, dan fasilitas yang relevan dan berkualitas.
  2. Efisiensi Pengelolaan Sumber Daya : mengatur sumber daya manusia, finansial, dan materi agar digunakan secara optimal untuk mendukung proses belajar mengajar.
  3. Pengembangan Siswa Secara Holistik : Memfokuskan pada pengembangan tidak hanya akademik, tetapi juga karakter, keterampilan, kreativitas, dan kepribadian siswa.
  4. Peningkatan Kompetensi Guru dan Tenaga Pendidik : Menyediakan pelatihan dan bimbingan untuk membantu guru dan staf pendidikan berkembang.
  5. Menyesuaikan Pendidikan dengan Perkembangan Zaman : mengubah pendidikan tetap relevan dengan kebutuhan dunia kerja, teknologi, dan masyarakat modern.

Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pendidikan

Prinsip-prinsip dasar dalam manajemen pendidikan berfungsi sebagai landasan untuk pengelolaan yang efektif dan efisien. Beberapa prinsip utama yang perlu diterapkan meliputi:

  1. Prinsip Perencanaan :

    • Tujuan yang Jelas dan Terukur : Menetapkan tujuan pendidikan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu (SMART).
    • Pemanfaatan Sumber Daya : Merencanakan penggunaan sumber daya pendidikan secara optimal, baik manusia maupun non-manusia.
  2. Prinsip Pengorganisasian :

    • Struktur Organisasi yang Jelas : Membuat struktur organisasi yang efektif dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas.
    • Koordinasi dan Kolaborasi : Membangun sistem koordinasi dan kolaborasi yang baik di antara semua elemen dalam organisasi pendidikan.
  3. Prinsip Pelaksanaan :

    • Komitmen dan Dedikasi : Membangun komitmen yang tinggi dari seluruh anggota tim dalam mencapai tujuan pendidikan.
    • Penerapan Standar Kualitas : Penerapan standar kualitas tinggi dalam semua aspek proses pendidikan.
  4. Prinsip Pengawasan :

    • Pemantauan dan Evaluasi : Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk menilai efektivitas program dan mengident
    • Pengambilan Keputusan Berbasis Data : pengambilan keputusan berdasarkan data dan hasil evaluasi yang objektif.

Kesimpulan

Manajemen pendidikan mempunyai peran krusial dalam memastikan bahwa proses pendidikan berjalan dengan efektif dan efisien. Tujuannya mencakup peningkatan kualitas pendidikan, efisiensi pengelolaan sumber daya, pengembangan siswa secara holistik, peningkatan kompetensi guru, dan penyesuaian pendidikan dengan perkembangan zaman.

Prinsip-prinsip dasar manajemen pendidikan, seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, memberikan landasan untuk pengelolaan yang berhasil. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, lembaga pendidikan dapat menciptakan lingkungan belajar yang optimal, mendukung perkembangan siswa, serta mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan.


Pertemuan 13 (bimbingan dan konseling )

 Bimbingan dan konseling 


Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan bantuan dan konseling adalah layanan yang memberikan kepada peserta didik, baik secara individu maupun kelompok, untuk mencapai kemandirian dan perkembangan optimal dalam aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir. Menurut Prayitno (2004), layanan ini bersifat proaktif dan sistematis, fokus pada pengembangan perilaku yang efektif serta interaksi positif antara individu dan lingkungan.

Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran tradisional, melainkan upaya dari konselor untuk membantu peserta didik mengembangkan dan memperbaiki perilaku. Konselor, yang merupakan tenaga kependidikan dengan spesialisasi di bidang bimbingan dan konseling, mempunyai tanggung jawab penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan interaksi yang dinamis bagi perkembangan individu.

Hubungan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling adalah layanan yang membantu peserta didik, baik secara individu maupun kelompok, untuk mencapai kemandirian dan perkembangan optimal dalam aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir. Menurut Prayitno (2004), layanan ini bersifat proaktif dan sistematis, mengutamakan pengembangan perilaku yang efektif serta interaksi positif dengan lingkungan.

Kegiatan ini bukan pembelajaran tradisional, melainkan usaha konselor untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan dan memperbaiki perilaku. Konselor, sebagai tenaga kependidikan yang fokus pada bimbingan dan konseling, memiliki tanggung jawab penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan individu.

Peran dan Fungsi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan

Bimbingan dan konseling memiliki peran penting dalam pendidikan dengan tujuan memberikan layanan holistik untuk meningkatkan kesejahteraan siswa. Layanan ini membantu siswa mengoptimalkan potensi, mengatasi masalah, mempersiapkan masa depan, dan mencapai kesejahteraan secara keseluruhan. Beberapa fungsi utama bimbingan dan konseling meliputi:

  1. Bimbingan Akademik : Membantu siswa merencanakan tujuan akademik, mengelola waktu belajar, dan mengatasi kesulitan belajar.
  2. Dukungan Emosional dan Sosial : Membantu siswa menangani masalah emosional dan mengembangkan keterampilan sosial.
  3. Konseling Karir : Memberikan informasi tentang pilihan karir dan membantu siswa merencanakan langkah-langkah untuk mencapai tujuan karir.
  4. Penyuluhan dan Pembinaan : Memberikan informasi dan strategi belajar kepada siswa, orang tua, dan guru.
  5. Kolaborasi : Bekerja sama dengan orang tua dan guru untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung.
  6. Pengambilan Keputusan : Membantu siswa mengambil keputusan yang tepat terkait pendidikan dan kehidupan pribadi.

Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa mencapai perkembangan optimal sebagai individu, serta meraih kebahagiaan dalam konteks sosial. Secara umum, tujuan ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU No. 20/2003) untuk mewujudkan manusia yang berbudi pekerti luhur dan bertanggung jawab. Tujuan khususnya meliputi:

  1. Merencanakan penyelesaian studi dan perkembangan karir.
  2. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat.
  3. Memahami dunia kerja dan informasi karir.
  4. Mengidentifikasi hambatan dalam studi dan penyesuaian.
  5. Menyebarkan potensi siswa secara optimal.
  6. Membangun kesadaran diri dan mengenalkan kekhususan diri.
  7. Membaca keterampilan belajar yang efektif.
  8. mengembangkan sikap positif.
  9. Membentuk pola karir yang relevan dengan cita-cita.

Peran dan Fungsi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan

Bimbingan dan konseling memiliki peran penting dalam pendidikan dengan tujuan memberikan layanan holistik untuk meningkatkan kesejahteraan siswa. Layanan ini membantu siswa mengoptimalkan potensi, mengatasi masalah, mempersiapkan masa depan, dan mencapai kesejahteraan secara keseluruhan. Beberapa fungsi utama bimbingan dan konseling meliputi:

  1. Bimbingan Akademik : Membantu siswa merencanakan tujuan akademik, mengelola waktu belajar, dan mengatasi kesulitan belajar.
  2. Dukungan Emosional dan Sosial : Membantu siswa menangani masalah emosional dan mengembangkan keterampilan sosial.
  3. Konseling Karir : Memberikan informasi tentang pilihan karir dan membantu siswa merencanakan langkah-langkah untuk mencapai tujuan karir.
  4. Penyuluhan dan Pembinaan : Memberikan informasi dan strategi belajar kepada siswa, orang tua, dan guru.
  5. Kolaborasi : Bekerja sama dengan orang tua dan guru untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung.
  6. Pengambilan Keputusan : Membantu siswa mengambil keputusan yang tepat terkait pendidikan dan kehidupan pribadi.

Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa mencapai perkembangan optimal sebagai individu, serta meraih kebahagiaan dalam konteks sosial. Secara umum, tujuan ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU No. 20/2003) untuk mewujudkan manusia yang berbudi pekerti luhur dan bertanggung jawab. Tujuan khususnya meliputi:

  1. Merencanakan penyelesaian studi dan perkembangan karir.
  2. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat.
  3. Memahami dunia kerja dan informasi karir.
  4. Mengidentifikasi hambatan dalam studi dan penyesuaian.
  5. Menyebarkan potensi siswa secara optimal.
  6. Membangun kesadaran diri dan mengenalkan kekhususan diri.
  7. Membaca keterampilan belajar yang efektif.
  8. mengembangkan sikap positif.
  9. Membentuk pola karir yang relevan dengan cita-cita.

Pertemuan 12 (Pendidikan Inklusi dan Anak Berkebutuhan Khusus)

 Pendidikan Inklusi dan Anak Berkebutuhan Khusus


Konsep pendidika inklusif 

    Pendidikan Inklusif atau pendidikan inklusi merupakan kata atau istilah yang dikumandangkan oleh UNESCO berasal dari kata Education for All yang artinya pendidikan yang ramah untuk semua, dengan pendekatan pendidikan yang berusaha menjangkau semua orang tanpa terkecuali. Mereka semua memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh manfaat yang maksimal dari pendidikan. Hak dan kesempatan itu tidak dibedakan oleh keragaman karakteristik individu secara fisik, mental, sosial, emosional, dan bahkan status sosial ekonomi. Pada titik ini tampak bahwa konsep pendidikan inklusif sejalan dengan filosofi pendidikan nasional Indonesia yang tidak membatasi akses peserta didik kependidikan hanya karena perbedaan kondisi awal dan latarbelakangnya. Inklusifpun bukan hanya bagi mereka yang berkelainan atau luar biasa melainkan berlaku untuk semua anak.Dengan demikian yang dimaksud pendidikan inklusif adalah sitem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya ( Sapon Shevin dalam O’Neil 1994). Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama.

Adapun Sejarah Perkembangan Pendidikan Inklusif Pendidikan Inklusif

   Sejarah perkembangan pendidikan inklusif dimulai di negara-negara Skandinavia (Denmark, Norwegia, Swedia) dan diperkuat oleh inisiatif Presiden Kennedy di Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Ia mengirim pakar pendidikan untuk mempelajari konsep "pengarusutamaan" dan "lingkungan yang paling tidak membatasi".Di Inggris, Education Act 1991 menandai perubahan dari pendidikan segregatif ke integratif untuk anak berkebutuhan khusus. Tuntutan untuk pendidikan inklusif semakin mendesak setelah Konvensi Hak Anak 1989 dan Konferensi Pendidikan 1991 di Bangkok, yang menghasilkan deklarasi "Education for All."Pada tahun 1994, Konvensi Pendidikan di Salamanca, Spanyol, mengeluarkan “Salamanca Statement on Inclusive Education,” yang menekankan pentingnya pendidikan inklusif. Indonesia menanggapi Deklarasi Bandung pada tahun 2004, yang menegaskan komitmen menuju pendidikan inklusif.Pada tahun 2005, Rekomendasi Bukittinggi mendorong perlunya mengembangkan program pendidikan inklusif. Sejak awal tahun 2000-an, Indonesia mulai mengembangkan program pendidikan inklusif, melanjutkan inisiatif pendidikan terpadu yang sebelumnya diluncurkan pada tahun 1980-an.

Tujuan pendidikan inklusif di Indonesia meliputi:

  1. Memberikan Kesempatan : Menyediakan akses pendidikan yang layak bagi semua anak, termasuk yang berkebutuhan khusus.
  2. Mempercepat Program Wajib Belajar : Mendukung pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar.
  3. Meningkatkan Mutu Pendidikan : Meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan mengurangi angka tinggal kelas serta putus sekolah.
  4. Mengimplementasikan Amanat Konstitusi : Menuhi ketentuan UUD 1945 yang hak menjamin setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan, serta UU No. 20/2003 dan UU No. 23/2002 yang menekankan hak yang sama untuk pendidikan berkualitas bagi semua anak, termasuk mereka yang memiliki cacat fisik atau mental.
Anak Berkebutuhan Khusus 

    Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kebutuhan pendidikan yang berbeda dari anak-anak pada umumnya, disebabkan oleh berbagai faktor seperti cacat fisik, cacat mental, gangguan emosional, atau kesulitan belajar. Anak-anak ini memerlukan pendekatan pendidikan yang khusus untuk membantu mereka belajar dan berkembang sesuai dengan potensi mereka.

    Pendidikan inklusif bertujuan untuk memberikan akses yang setara bagi anak berkebutuhan khusus dalam lingkungan pendidikan yang mendukung. Dengan mengintegrasikan mereka ke dalam kelas reguler, pendidikan inklusif mendorong interaksi sosial dan membangun rasa percaya diri, sekaligus memastikan bahwa mereka menerima dukungan yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan akademik dan emosional.

Pendidikan Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus 

    Pendidikan inklusif lahir dari kesadaran bahwa setiap anak, tanpa memandang kekurangannya, berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Tujuannya adalah untuk menghilangkan diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus dan memberikan layanan yang sesuai untuk mengoptimalkan potensi mereka (Permendiknas No. 70 Tahun 2009). Inklusi, yang berasal dari istilah Inggris "inclusion," merujuk pada pendidikan siswa dengan dan tanpa keraguan dalam satu kelas reguler.

    Pendidikan inklusif fokus pada upaya agar anak berkebutuhan khusus belajar bersama teman-teman sebayanya, menerima dukungan dan pengajaran yang disesuaikan untuk mencapai standar yang tinggi. Sekolah inklusif merupakan lembaga pendidikan formal yang menyediakan layanan bagi anak berkebutuhan khusus untuk belajar dalam komunitas sekolah reguler, di mana setiap anak diakomodasi dan diberikan kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensinya.




Pertemuan 11 (Strategi Jitu Mengelola Kelas)

 Strategi Jitu Mengelola Kelas


        Pengelolaan kelas merupakan aspek penting dalam profesi keguruan. Banyak guru yang kurang memahami bagaimana mengelola kelas dengan baik, padahal siswa memiliki dinamika dan karakter yang beragam. Keberhasilan proses belajar mengajar sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengelola kelas.Pentingnya Kesan Pertama dan 15 Menit Pertama

        Pertemuan pertama, khususnya 15 menit pertama, merupakan momen krusial dalam membangun hubungan dengan siswa. Kesan pertama yang baik akan membuka jalan untuk proses belajar mengajar yang lancar di masa mendatang. Guru harus memberikan yang terbaik dalam pertemuan pertama, mulai dari penampilan, metode pembelajaran, hingga penyampaian motivasi.

Strategi Pengelolaan Kelas

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam mengelola kelas:

- Perkenalan:  Mulailah dengan memperkenalkan diri dan siswa satu per satu. Kenalkan nama, kelas, asal daerah, hobi, dan cita-cita siswa untuk membangun pemahaman awal tentang mereka. Guru juga perlu memperkenalkan diri dengan lebih lengkap, tetapi tetap singkat dan memotivasi.

- Kesepakatan Kelas: Buat kesepakatan kelas bersama siswa. Kesepakatan ini harus ditandatangani oleh ketua dan sekretaris kelas sebagai bukti tertulis. Kesepakatan kelas berfungsi sebagai pedoman perilaku dan membantu guru dalam mendisiplinkan siswa.

- Menarik Perhatian:  Ketika mengajar, guru harus mampu menarik perhatian siswa. Beberapa strategi yang dapat diterapkan:

- Strategi Linguistik: Menulis "Harap Tenang" di papan tulis.

- Strategi Musik: Bertepuk tangan dengan ritmis.

- Strategi Kinestetis: Menunjuk jari telunjuk ke depan dan mengangkat tangan kiri ke atas.

- Strategi Spasial: Memasang gambar kelas di papan tulis atau mematikan/menghidupkan lampu.

- Strategi Matematis: Menggunakan stopwatch untuk mencatat waktu yang terbuang.

- Strategi Interpersonal: Membisikkan pesan kepada siswa di sudut depan untuk disampaikan ke teman-temannya.

- Strategi Naturalis: Memutar kaset kicauan burung atau suara alam.

- Memahami Kecerdasan Majemuk: Setiap siswa memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Guru harus memahami kecerdasan majemuk (multiple intelligences) untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan potensi siswa.

Kecerdasan Majemuk

Terdapat delapan kecerdasan majemuk:

1. Linguistik:  Kecerdasan melalui kata-kata.

2. Matematis:  Kecerdasan melalui analisis dan perhitungan.

3. Spasial:  Kecerdasan melalui gambar dan desain.

4. Kinestetis:  Kecerdasan melalui gerakan dan olahraga.

5. Musikal:  Kecerdasan melalui melodi, irama, dan musik.

6. Interpersonal:  Kecerdasan dalam berinteraksi dengan orang lain.

7. Intrapersonal:  Kecerdasan dalam memahami diri sendiri.

8. Naturalis:  Kecerdasan dalam berhubungan dengan alam.

Kesimpulan

Pengelolaan kelas yang baik merupakan kunci keberhasilan proses belajar mengajar. Guru harus memahami dinamika siswa, membangun hubungan yang positif, dan menerapkan strategi yang tepat untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Selain itu, pemahaman akan kecerdasan majemuk dapat membantu guru dalam memberikan pembelajaran yang sesuai dengan potensi siswa.

 


Pertemuan 10 (Kode etik profesi dan organisasi)

 Kode etik profesi dan organisasi

Pengertian kode Etik

Kode etik adalah serangkaian prinsip, norma, dan pedoman yang ditetapkan oleh suatu profesi atau organisasi untuk mengatur perilaku dan tindakan anggotanya. Kode ini berfungsi sebagai panduan moral yang membantu individu dalam mengambil keputusan etis dan bertindak sesuai dengan standar yang diharapkan dalam konteks profesi atau organisasi tersebut. Dalam makalah ini, kita akan membahas berbagai aspek kode etik, termasuk komponen, tujuan, pentingnya, contoh, serta tantangan yang dihadapi dalam penerapannya.

1. Definisi Umum Kode Etik

Dokumen formal yang menyatakan nilai dan prinsip yang harus dipegang oleh anggota profesi/organisasi, berfungsi sebagai alat disiplin dan komunikasi serta landasan moral.

2. Komponen Kode Etik

  • Prinsip Etis : Nilai dasar seperti kejujuran dan integritas.
  • Aturan Perilaku : Tindakan yang diperbolehkan dan tidak.
  • Kewajiban Anggota : Tanggung jawab terhadap profesi dan klien.
  • Prosedur Penegakan : Mekanisme untuk menegakkan aturan dan sanksi bagi pelanggar.

3. Tujuan Kode Etik

  • Menjaga standar profesional.
  • Membangun kepercayaan publik.
  • Menjadi panduan dalam pengambilan keputusan.
  • Meningkatkan budaya organisasi.

4. Pentingnya Kode Etik

  • Hati-hati tindakan tidak etis.
  • Mendukung pengembangan profesional.
  • bahkan kepatuhan hukum.

5. Contoh Kode Etik

  • Medis : Utamakan kesejahteraan pasien.
  • Akuntansi : Integritas dan transparansi.
  • Bisnis : Transparansi dan tanggung jawab sosial

2. Komponen Kode Etik

  • Prinsip Etis : Nilai dasar (kejujuran, integritas).
  • Aturan Perilaku : Tindakan yang diperbolehkan dan tidak.
  • Kewajiban Anggota : Tanggung jawab terhadap profesi dan klien.
  • Prosedur Penegakan : Mekanisme penegakan aturan dan sanksi.

3. Tujuan Kode Etik

  • Menjaga standar profesional.
  • Membangun kepercayaan publik.
  • Panduan pengambilan keputusan.
  • Meningkatkan budaya organisasi.

4. Pentingnya Kode Etik

  • Hati-hati tindakan tidak etis.
  • Mendukung pengembangan profesional.
  • bahkan kepatuhan hukum.

5. Contoh Kode Etik

  • Medis : Utamakan kesejahteraan pasien.
  • Akuntansi : Integritas dan transparansi.
  • Bisnis : Transparansi dan tanggung jawab sosial
Kode etik merupakan pedoman penting bagi anggota profesi dan organisasi, yang mencakup nilai dan prinsip dasar yang harus dipegang. Dengan komponen-komponen seperti prinsip etis, aturan perilaku, kewajiban anggota, dan prosedur penegakan, kode etik berfungsi untuk menjaga standar profesional, membangun kepercayaan masyarakat, dan menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan. Pentingnya kode etik terletak pada kemampuannya untuk mencegah tindakan tidak etis, mendukung pengembangan profesional, dan memastikan kepatuhan hukum. Contoh penerapannya terlihat dalam berbagai profesi, seperti medis yang mengutamakan kesejahteraan pasien, akuntansi yang menekankan integritas, dan bisnis yang mendorong transparansi.


 



Pertemuan 9 (pengembangan sikap professional guru)

 Pengembangan sikap professional guru


Pengertian Sikap Profesional Guru
Sikap profesional guru mencerminkan citra yang baik di masyarakat. Guru yang menunjukkan sikap positif dapat menjadi panutan dan teladan bagi lingkungan sekitarnya. Masyarakat mengamati perilaku guru sehari-hari, terutama yang berkaitan dengan profesinya.Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian dan teknik ilmiah, serta dedikasi tinggi. Sementara itu, profesional adalah kegiatan yang dilakukan sebagai sumber penghasilan, memerlukan keahlian dan memenuhi standar mutu tertentu. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, profesionalisme mencakup keahlian, kecakapan, dan pendidikan yang sesuai dengan norma yang telah ditetapkan.Sikap profesional guru sangat penting untuk membangun kepercayaan dan menghormati profesi pendidikan.

Karakteristik Sikap Profesional Guru

  1. Kompetensi dan Penguasaan Materi
    Guru harus memiliki penguasaan mendalam terhadap materi, termasuk pengetahuan terkini dan kemampuan menyusun kurikulum yang sesuai.

  2. Penggunaan Teknologi
    Memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran sangatlah penting. Guru harus menguasai alat teknologi dan mengajarkan literasi digital kepada siswa.

  3. Kedisiplinan dan Tanggung Jawab
    Guru disiplin profesional dalam menjalankan tugas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan siswa, termasuk memberikan umpan balik yang konstruktif.

  4. Kreativitas dan Inovasi
    Guru harus terbuka terhadap metode pengajaran baru, menggunakan berbagai pendekatan untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan relevan.

  5. Kemampuan Komunikasi
    Kemampuan berkomunikasi yang jelas dan mendengarkan masukan dari siswa dan orang tua adalah kunci untuk menciptakan proses belajar yang efektif.

C.Sikap Profesional Guru
Sikap profesional guru meliputi penguasaan mendalam terhadap materi, penggunaan teknologi dalam pembelajaran, kedisiplinan, dan tanggung jawab terhadap perkembangan siswa. Guru harus terbuka terhadap inovasi dalam metode pengajaran dan mampu berkomunikasi dengan jelas serta mendengarkan masukan dari siswa dan orang tua. Selain itu, mereka harus memahami karakteristik siswa untuk mengakomodasi kebutuhan belajar individu, serta melakukan penilaian secara objektif. Interaksi yang kooperatif dan kolaboratif dengan pemangku kepentingan juga penting. Sikap profesional ini merupakan faktor kritis dalam peningkatan kualitas kinerja guru dan pengabdian kepada pendidikan bangsa.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Profesional Guru 

Standar dan Kebijakan Pendidikan

Standar dan kebijakan pendidikan yang jelas dan adil mempengaruhi profesionalisme guru. Guru perlu memahami standar yang harus dipenuhi dan pedoman dalam proses pengajaran. Kebijakan yang mendukung pengembangan profesional, seperti pelatihan dan program pengembangan diri, juga penting untuk meningkatkan profesionalisme.

Hubungan dengan Siswa dan Orang Tua

Hubungan yang baik dan saling percaya antara guru, siswa, dan orang tua berpengaruh besar terhadap profesionalisme guru. Guru yang mampu membangun hubungan positif dan mengelola komunikasi efektif akan meningkatkan kepercayaan dan

Langkah-Langkah Pengembangan Sikap Profesional Guru

  1. Pelatihan Efektif
    Mengadakan pelatihan yang memenuhi standar kompetensi dengan umpan balik berupa ujian untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru.

  2. Mendorong Membaca
    Memotivasi guru untuk membaca buku dan hasil penelitian terkait untuk memperluas wawasan dan mendapatkan ide-ide baru dalam pembelajaran.

  3. Refleksi Diri
    Mendorong guru untuk melakukan refleksi diri terhadap proses pembelajaran dan perilaku di kelas guna memberikan kekuatan dan kelemahan.

  4. Evaluasi Diri
    Meminta guru untuk melakukan evaluasi diri terhadap kinerja mereka, menilai aspek penguasaan materi dan strategi pengajaran untuk meningkatkan kualitas ke depannya.

Pengembangan sikap profesional guru adalah proses berkelanjutan yang meliputi pelatihan efektif, dorongan untuk membaca, refleksi diri, dan evaluasi kinerja. Langkah-langkah ini membantu guru meningkatkan kompetensi, memperluas wawasan, dan menyesuaikan strategi pengajaran, yang pada akhirnya berkontribusi pada kualitas pendidikan yang lebih baik.


pertemuan 15 : (isu-isu profesi guru)

 Isu-isu profesi guru Isu Terkini Terkait Profesi Guru Tenaga kependidikan adalah individu yang terlibat dalam proses belajar mengajar, term...